PENINGKATAN STATUS MENTAL ATLET DIY DENGAN MENTAL TRAINING
Singgih Santoso
Universitas Gajah Mada
MATERI TEMU ILMIAH IPPI V
PENDAHULUANSinggih Santoso
Universitas Gajah Mada
MATERI TEMU ILMIAH IPPI V
A. Latar Belakang Masalah
Olahraga merupakan aktivitas yang bersifat multidimensional sehingga banyak faktor ikut berperan dalam mewujudkan keberhasilannya. Di samping faktor fisik, faktor mental pun memiliki peran yang sangat menentukan terutama ketika atlet melakukannya untuk
mencapai puncak prestasi dalam situasi yang sangat kompetitif. Di lapangan sering kita lihat seorang atlet atau tim yang sudah mempunyai kemampuan fisik yang baik, teknik yang sempurna, dan sudah dibekali berbagai taktik, tetapi tidak dapat mewujudkannya dengan baik di arena pertandingan/perlombaan, dan akhirnya mengalami kekalahan. Banyak ahli olahraga berpendapat bahwa tingkat pencapaian prestasi puncak sangat ditentukan oleh kematangan dan ketangguhan mental atlet dalam mengatasi berbagai kesulitan selama bertanding. Salah satu aspek kematangan mental ditentukan oleh tingkat kematangan emosi. Banyak atlet yang tidak sukses mewujudkan kemampuan
optimalnya hanya karena rasa cemas dan takut gagal yang berlebihan. Ketakutan atau kecemasan yang melampaui batas ambang control seseorang mengakibatkan kehilangan konsentrasi dan justru menurunkan kemampuannya. Ada lima kondisi yang menghambat pencapaian prestasi optimal yaitu: (1) takut untuk gagal; (2) takut akan penilaian negative; (3) khawatir terjadi cidera; (4) situasi yang tidak pasti, dan (5) takut untuk mencoba hal yang baru (Cox, 2002). Adapun tingkat kematangan emosi terdiri atas empat tahap yang saling berkaitan yaitu: (1) emotional awareness, (2) emotional acceptance, (3) emotional affection, dan (4) emotional affirmation (Martin, 2003). Pada prinsipnya tahap yang terdahulu menjadi dasar kuat untuk menuju tahap berikutnya. Tingkat kematangan emosi ini dapat diukur melalui serangkaian tes yang disebut Emotional Maturity Assessment (Martin, 2003). DOWNLOAD TULISAN LENGKAP DISINI.
Olahraga merupakan aktivitas yang bersifat multidimensional sehingga banyak faktor ikut berperan dalam mewujudkan keberhasilannya. Di samping faktor fisik, faktor mental pun memiliki peran yang sangat menentukan terutama ketika atlet melakukannya untuk
mencapai puncak prestasi dalam situasi yang sangat kompetitif. Di lapangan sering kita lihat seorang atlet atau tim yang sudah mempunyai kemampuan fisik yang baik, teknik yang sempurna, dan sudah dibekali berbagai taktik, tetapi tidak dapat mewujudkannya dengan baik di arena pertandingan/perlombaan, dan akhirnya mengalami kekalahan. Banyak ahli olahraga berpendapat bahwa tingkat pencapaian prestasi puncak sangat ditentukan oleh kematangan dan ketangguhan mental atlet dalam mengatasi berbagai kesulitan selama bertanding. Salah satu aspek kematangan mental ditentukan oleh tingkat kematangan emosi. Banyak atlet yang tidak sukses mewujudkan kemampuan
optimalnya hanya karena rasa cemas dan takut gagal yang berlebihan. Ketakutan atau kecemasan yang melampaui batas ambang control seseorang mengakibatkan kehilangan konsentrasi dan justru menurunkan kemampuannya. Ada lima kondisi yang menghambat pencapaian prestasi optimal yaitu: (1) takut untuk gagal; (2) takut akan penilaian negative; (3) khawatir terjadi cidera; (4) situasi yang tidak pasti, dan (5) takut untuk mencoba hal yang baru (Cox, 2002). Adapun tingkat kematangan emosi terdiri atas empat tahap yang saling berkaitan yaitu: (1) emotional awareness, (2) emotional acceptance, (3) emotional affection, dan (4) emotional affirmation (Martin, 2003). Pada prinsipnya tahap yang terdahulu menjadi dasar kuat untuk menuju tahap berikutnya. Tingkat kematangan emosi ini dapat diukur melalui serangkaian tes yang disebut Emotional Maturity Assessment (Martin, 2003). DOWNLOAD TULISAN LENGKAP DISINI.
KLIK DISINI UNTUK MEMBACA ARTIKEL TERKAIT.
KLIK DISINI UNTUK MEMBACA TULISAN-TULISAN SAYA DALAM BENTUK MS WORD, MS EXCEL, MS POWER POIN, PDF.