PERBEDAAN TINGKAT KEBERMAKNAAN HIDUP ANTARA KELOMPOK PENGGUNA NAPZA DENGAN KELOMPOK NON-PENGGUNA NAPZA.
Triantoro Safaria
Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan
PENDAHULUANTriantoro Safaria
Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan
A. Latar Belakang Masalah
Di Indonesia pada tahun 1980-an hanya terdapat 80.000 sampai 130.000 kasus penyalahgunaan napza, namun pada saat ini telah meningkat menjadi sekitar 5 juta kasus penyalahgunaan napza. Pemerintah melihat semakin berbahayanya persoalan napza ini, kemudian membentuk badan nasional untuk menanggulangi masalah napza ini. Hal ini dikemudian hari mendorong lembaga-lembaga swadaya masyarakat untuk ikut terlibat dalam menanggulangi masalah napza ini seperti Granat, kelompok No-Drugs, dan lain-lain. Kelompok yang menjadi sasaran napza ini adalah generasi muda
yang merupakan calon-calon pemimpin bangsa. Apa jadinya jika generasi muda tidak sibuk untuk meraih prestasi tertinggi, tetapi malah asik penyalahgunaan napza. Di antara generasi muda ini adalah mahasiswa yang sebenarnya merupakan calon intelektual yang akan memajukan pembangunan bangsa. Resiko terhadap HIV/AIDS juga mengancam para pecandu narkoba. Penggunaan narkoba dengan cara suntikan berisiko untuk menularkan penyakit karena biasanya jarum suntik digunakan secara bersama. Selain itu, jarum yang tidak steril dapat mengakibatkan berbagai kuman penyakit masuk tubuh dan menimbulkan infeksi di katup jantung, paru-paru, atau organ tubuh lainnya. Data sementara menunjukkan, 25 persen pengguna narkoba tertular HIV, dan 75-90 persen tertular Hepatitis B dan C. Sebanyak lima persen mengalami gangguan kejiwaan atau skizofrenia dan harus menjadi pasien rumah sakit jiwa (Kompas Cyber Media, 2002). Krisis makna hidup diduga juga ikut mendorong para remaja menggunakan narkoba. Keadaan hidup yang kosong dan hampa menyebabkan munculnya perasaan sepi dan bosan. Hal ini mendorong mereka mencari jalan pintas untuk mengatasinya. Melalui penggunaan narkoba mereka berusaha untuk memperoleh hidup yang bebas dari kecemasan, kekosongan dan kehampaan. Keadaan di atas ditegaskan oleh Frankl (1977; dalam Koeswara, 1992; Bastaman, 1996). DOWNLOAD TULISAN LENGKAP DISINI.
KLIK DISINI UNTUK MEMBACA ARTIKEL TERKAIT.
Di Indonesia pada tahun 1980-an hanya terdapat 80.000 sampai 130.000 kasus penyalahgunaan napza, namun pada saat ini telah meningkat menjadi sekitar 5 juta kasus penyalahgunaan napza. Pemerintah melihat semakin berbahayanya persoalan napza ini, kemudian membentuk badan nasional untuk menanggulangi masalah napza ini. Hal ini dikemudian hari mendorong lembaga-lembaga swadaya masyarakat untuk ikut terlibat dalam menanggulangi masalah napza ini seperti Granat, kelompok No-Drugs, dan lain-lain. Kelompok yang menjadi sasaran napza ini adalah generasi muda
yang merupakan calon-calon pemimpin bangsa. Apa jadinya jika generasi muda tidak sibuk untuk meraih prestasi tertinggi, tetapi malah asik penyalahgunaan napza. Di antara generasi muda ini adalah mahasiswa yang sebenarnya merupakan calon intelektual yang akan memajukan pembangunan bangsa. Resiko terhadap HIV/AIDS juga mengancam para pecandu narkoba. Penggunaan narkoba dengan cara suntikan berisiko untuk menularkan penyakit karena biasanya jarum suntik digunakan secara bersama. Selain itu, jarum yang tidak steril dapat mengakibatkan berbagai kuman penyakit masuk tubuh dan menimbulkan infeksi di katup jantung, paru-paru, atau organ tubuh lainnya. Data sementara menunjukkan, 25 persen pengguna narkoba tertular HIV, dan 75-90 persen tertular Hepatitis B dan C. Sebanyak lima persen mengalami gangguan kejiwaan atau skizofrenia dan harus menjadi pasien rumah sakit jiwa (Kompas Cyber Media, 2002). Krisis makna hidup diduga juga ikut mendorong para remaja menggunakan narkoba. Keadaan hidup yang kosong dan hampa menyebabkan munculnya perasaan sepi dan bosan. Hal ini mendorong mereka mencari jalan pintas untuk mengatasinya. Melalui penggunaan narkoba mereka berusaha untuk memperoleh hidup yang bebas dari kecemasan, kekosongan dan kehampaan. Keadaan di atas ditegaskan oleh Frankl (1977; dalam Koeswara, 1992; Bastaman, 1996). DOWNLOAD TULISAN LENGKAP DISINI.
KLIK DISINI UNTUK MEMBACA ARTIKEL TERKAIT.
KLIK DISINI UNTUK MEMBACA TULISAN-TULISAN SAYA DALAM BENTUK MS WORD, MS EXCEL, MS POWER POIN, PDF.