3. KEKUATAN KONTEKS
Pada awal 1970-an, sekelompok sosiolog di Stanford University, dibawah pimpinan Philip Zimbardo, memutuskan membuat semacam penjara di basement gedung Fakultas Psikologi. Penjara ini tidak digunakan untuk memenjarakan orang, tetapi akan digunakan sebagai eksperimen untuk menjawab pertanyaan "kenapa penjara sering menjadi tempat menjijikkan dan tidak menyenangkan". Setelah memasang iklan dibeberapa surat kabar lokal akhirnya diperoleh 75 orang yang bersedia menjadi subjek penelitian, dari 75 orang tersebut kemudian melalui prosedur pengetesan ditentukan 21 orang diantara mereka dengan kondisi psikologis yang paling normal dan paling sehat untuk menjadi subjek penelitian.Dari 21 subjek yang ada kemudian dibagi menjadi dua kelompok secara acak, dimana kelompok pertama akan berperan sebagai polisi dan kelompok kedua akan berperan sebagai tahanan. Hasil dari penelitian ini sungguh sangat mengejutkan, subjek-subjek penelitian yang berperan sebagai polisis yang pada awalnya mengaku sebagai orang yang paling pasif, tiba-tiba dapat menjadi orang yang sangat agresif dan sadis, pada tengah malam mereka membangunkan para tahanan dan menyuruh mereka untuk push up. Kemudia pada pagi harinya para polisis tersebut melucuti pakaian para tahanan karena para tahanan memberontak dan pada hari-hari berikutnya perilaku para polisi tersebut semakin bertambah sadis.
Kenapa orang-orang yang pada awalnya memiliki kepribadian paling normal dan paling sehat, ketika diberi peran sebagai polisi dalam penjara tiba-tiba berubah menjadi seorang yang sadis. Menurut Zimbardo ada situasi-situasi khusus dengan pengaruh begitu hebat sehingga mampu mengalahkan predisposisi yang telah ada sejak lahir. Kata kunci dalam hal ini adalah situasi. Zimbardo tidak menyangkal bahwa cara kita dibesarkan oleh orang tua kita berpengaruh terhadap perilaku dan kepribadian kita, tetapi menurutnya sekolah tempat kita belajar, teman sepergaulan, dan tentangga yang tinggal disekitar rumah kita juga sangat berpengaruh terhadap perilaku kita.
YANG BISA DIAMBIL PELAJARAN BAGI ORANG TUA & PARA PENDIDIK
Situasi dimana para pelajar dan remaja kita berada juga sangat berpengaruh terhadap kepribadian dan perilaku mereka. Untuk itu sebagai orang tua dan sebagai pendidik kita dituntut untuk selalu menghadirkan sebuah situasi lingkungan yang sehat , nyaman dan tidak membuat para pelajar dan remaja kita merasa tertekan (lingkungan sekolah, lingkungan rumah, lingkungan antara sekolah dan rumah). Suatu kondisi atau situasi yang menekan akan dapat memunculkan perilaku-perilaku yang tidak kita inginkan.Oleh karena itu sebagai orang tua tentunya sangat dituntut untuk mampu menghadirkan situasi atau kondisi lingkungan rumah yang menyenangkan, hangat dan tidak kaku, jika tidak ingin para remajanya melakukan perilaku-perilaku yang tidak sesuai dengan norma-norma sosial, disebabkan oleh kondisi rumah yang tidak menyenangkan dan tidak hangat.SUHADIANTO.BLOGSPOT.COM.
KENAPA PEMBERITAAN PERILAKU DELINKUEN DI TV DAN MEDIA CETAK JUSTRU MENINGKATKAN JUMLAH KASUS-KASUS PERILAKU DELINKUEN
Mungkin sebagaian dari kita pernah mengalami hal ini. Pada saat kita sedang berhenti di lampu merah, terkadang kita berfikir untuk menerobos lampu merah karena terburu-buru atau merasa jenuh menunggu lampu merah yang terlalu lama. Tiba-tiba ada seseorang yang menerobos lampu merah tersebut dan sadar atau tanpa sadar tiba-tiba kita melakukan hal yang sama.Kenapa pada saat melihat orang lain menerobos lampu merah, tiba-tiba kita meniru melakukan hal yang sama. Jawabannya adalah KARENA KITA MERASA MEMPEROLEH PEMBENARAN DARI ORANG LAIN ATAS PERILAKU MELANGGAR YANG BARU SAJA KITA LAKUKAN. Disinilah jawabannya mengapa setiap pemberitaan tentang perkelahian pelajar oleh televisi maupun media cetak selalu diikuti oleh kasus yang serupa di tempat lain, karena pemberitaan tentang perkelahian pelajar, pencurian yang dilakukan oleh pelajar dan lain sebagainya justru dapat menjadi pembenaran bagi para pelajar lain yang mempunyai pikiran untuk melakukan hal yang sama.
David Philips, seorang sosiolog di University of California di San Diego, yang telah memimpin sejumlah penelitian tentang bunuh diri. Ia diantaranya menyimpulkan bahwa setiap pemberitaan tentang bunuh diri di televisi, selalu diikuti oleh kasus bunuh diri di tempat lain dengan modus yang lebih canggih daripada kasus sebelumnya. Kenapa ini bisa terjadi, jawabannya adalah setiap pemberitaan tentang bunuh diri justru dianggap sebagai pembenaran terhadap perilaku bunuh diri.
KLIK DISINI UNTUK MEMBACA ARTIKEL TERKAIT.
KLIK DISINI UNTUK MEMBACA TULISAN-TULISAN SAYA DALAM BENTUK MS WORD, MS EXCEL, MS POWER POIN, PDF.