Senin, 23 Februari 2009

BROKEN WINDOWS UNTUK MELAWAN EPIDEMI PERILAKU DELINKUEN DIKALANGAN REMAJA



Broken Windows merupakan salah satu teori yang cukup efektif digunakan untuk mengurangi perilaku kriminal atau perilaku delinkuen dikalangan remaja. Teori ini merupakan buah pikiran kriminolog James Q. Wilson dan George Kelling. Wilson dan Kelling berpendapat bahwa kriminalitas merupakan akibat tak terelakkan dari ketidakteraturan. Jika jendela rumah pecah namun dibiarkan saja, siapapun yang lewat cenderung menyimpulkan pastilah disitu tidak ada yang peduli atau bahwa rumah itu tidak berpenghuni. Dalam waktu singkat akan ada lagi jendela yang pecah, dan belakangan berkembang anarki yang menyebar kesekitar tempat itu.

CONTOH KEBERHASILAN PENGGUNAAN TEORI BROKEN WINDOWS
William Bratton adalah seorang polisi, dia diangkat sebagai komandan oleh Transit Authority pada kisaran tahun 1990-an, tugas utama Bratton adalah membasmi tindak kejahatan yang begitu marak di sistem kereta bawah tanah. Kita mungkin berpikir Bratton akan membawa pasukannya ke sistem kereta bawah tanah dan menghabisi semua pelaku kejahatan disana. Tetapi yang dilakukan Bratton justru kebalikannya, karena Bratton adalah salah satu dari penganut teori Broken Windows yang beranggapan bahwa perilaku kriminalitas diakibatkan oleh adanya ketidakteraturan. Bratton memulai tugasnya dengan memutuskan untuk membasmi kebiasaan naik kereta tanpa karcis karena menurutnya naik kereta tanpa karcis juga merupakan simbul ketidakteraturan yang bisa menjadi pangkal pelanggaran-pelanggaran yang lebih serius. Dalam sehari sekitar 170.000 orang menggunakan jasa kereta tanpa membayar ongkos. Sebagian adalah anak-anak yang sengaja melompati palang pintu pemasukan karcis turnstile. Lainnya adalah orang-orang dewasa yang sengaja mengakali mesin penjual karcis atau bahkan mendobrak palang pintu. Orang-orang dibelakang mereka, tanpa merasa bersalah, ikut-ikutan masuk kereta tanpa membayar. Alasan mereka sederhana sekali: kalau ada beberapa orang naik kereta tanpa membayar ditambah beberapa orang lagi tentu bukan masalah.

Langkah yang dilakukan Bratton ternyata membuahkan hasil yang gemilang, tidak ada lagi orang yang naik kereta tanpa membeli karcis, tidak ada lagi para penumpang yang membawah senjata, tidak ada lagi orang mabuk didalam kereta. Penangkapan terhadap para pelaku kejahatan ringan juga meningkat lima kali lipat selama kurun waktu 1990 - 1994, yang pada tahun-tahun sebelumnya tidak pernah dihiraukan. Berkat penggunaan teori Broken Windows ini pada tahun 1994 setelah Rudolph Giuliani terpilih sebagai wali kota New York, Bratton diangkat sebagai kepala kepolisian New York City.

BAGAIMANA MENGAPLIKASIKAN TEORI BROKEN WINDOWS UNTUK MENGURANGI PERILAKU DELINKUEN DIKALANGAN REMAJA KITA
Sesuai dengan gagasan teori ini, maka perilaku-perilaku delinkuen seperti membolos sekolah, keluyuran dijalanan pada jam sekolah, mencuri, perkelahian antar pelajar, seks bebas, penyalah gunaan narkoba dan lain sebagainya adalah disebabkan oleh adanya ketidakteraturan dlam lingkungan dimana remaja berada. Adanya ketidakteraturan di lingkungan rumah, lingkungan sekolah, dan lingkungan antara sekolah dan rumahlah yang menjadikan remaja berperilaku delinkuen. Dengan demikian untuk mengurangi atau mengatasi perilaku delinkuen dikalangan remaja para orang tua harus dapat menciptakan keteraturan di rumah, seperti tidak membiarkan anak menonton TV pada jam-jam belajar, tidak membiarkan anak tidak mengerjakan pekerjaan rumah, mengharuskan anak mengulang pelajaran sepulang sekolah, tidak membiarkan anak melanggar aturan-aturan yang ada dalam keluarga, tidak membiarkan anak bermain pada jam-jam belajar, tidak membiarkan anak meninggalkan sholat, tidak membiarkan anak melakukan kegiatan-kegiatan yang tidak bermanfaat dan lain sebagainya. Karena perilaku menonton TV pada jam-jam belajar, perilaku tidak mengerjakan (PR), perilaku meninggalkan sholat dan ...adalah suatu ketidakteraturan yang jika dibiarkan akan mengakibatkan terjadinya pelanggaran-pelanggaran yang lebih serius, seperti perilaku membolos, perkelahian pelajar dan lain sebagainya.

Para guru atau pendidik juga harus mampu menciptakan suatu keteraturan di lingkungan sekolah, dengan memberi sangsi yang tegas bagi siswa yang melanggar aturan-aturan sekolah, seperti membuat gaduh di kelas, tidak serius dalam mengikuti pelajaran, tidak mendengarkan penjelasan guru, terlambat masuk, tidak mengerjakan pekerjaan rumah dan lain sebagainya. Karena perilaku-perilaku tersebut adalah merupakan suatu ketidakteraturan sehingga perlu mendpat perhatian yang ketat, karena jika dibiarkan tentu saja akan mengakibatkan pelanggaran yang lebih serius, seperti yang baru baru ini kita saksikan di TV berupa perilaku agresiv dengan menelanjangi teman di kelas, perkelahian pelajar dan lain sebagainya.


KLIK DISINI UNTUK MEMBACA ARTIKEL TERKAIT.


KLIK DISINI UNTUK MEMBACA TULISAN-TULISAN SAYA DALAM BENTUK MS WORD, MS EXCEL, MS POWER POIN, PDF.
 

Daftar Blog

Daftar Blog

  • PROGRAM BANGKIT - Telah di buka Program Bangkit dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) yang merupakan program pembinaan talenta digital untuk mahasiswa ...
    2 tahun yang lalu

Daftar Blog

suhadianto.blogspot.com Copyright © 2009 WoodMag is Designed by Ipietoon for Free Blogger Template