KETRAMPILAN OPERASIONAL KONKRET
Selama usia pertengahan, anak menjadi terampil pada opersional konkret, dimana aktivitas mental difokuskan pada kenyataan, merasakan obyek dan peristiwa. Operasi konkret mempunyai tiga kualitas yang saling berkaitan : desentrasi, sensitivitas untuk transformasi dan resersibilitas (Piaget, 1965).
Desentrasi artinya memperhatikan dengan banyak perencanaan pada suatu masalah pada satu waktu. Pada mengestimasikan jumlah uang sen yang terpencar pada sebuah meja, sebagai contoh, seorang anak usia sekolah mungkin akan sekali menghitungnya tidak hanya berdasar seberapa besar barisannya tetapi juga seberapa jauh jarak tiap kancing terlihat.
Sensitivitas untuk transformasi artinya memperhatikan dan mengingat perubahan yang signifikan pada obyek. Ketika memutuskan apakah cairan pada sebuah gelas yang sama setelah dituangkan pada sebuah wadah yang baru, seorang anak usia sekolah memusatkan pada proses perubahan aktual yang terjadi – transformasi – memperhatikan bagaimana cairan terlihat sebelum dan sesudah dituangkan.
Reversibilitas dapat diartikan pemecahan masalah secara mental kembali untuk memulainya. Dalam memutuskan jumlah cairan pada suatu wadah, anak dapat membayangkan penuangan kembali ke gelas semula tanpa peragaan secara nyata.
Dalam beberapa cara, operasi hitungan konkret untuk penemuan kembali ketrampilan yang membentuk anak-anak dalam masa praoperasional dalam istilah ketrampilan klasifikasi, sekitar usia 7 tahun, anak-anak telah meningkatkan kemampuan klasifikasi atau mengelompokan mereka, secara substansial atas apa yang mereka dapat lakukan sebagai anak pra sekolah.
Secara khusus mereka sedikit bingung daripada menggunakan kelas inklusi – mengelompokkan dimana satu jenis obyek dibandingkan dengan yang lebih besar, tipe obyek yang lebih inklusif. Contohnya anak laki dan perempuan keduanya dikelompokkan ke kategori yang lebih besar – anak-anak.
Konservasi pada Usia Pertengahan
Beberapa ketrampilan kognitif membuat penampilan nyata mereka selama usia pertengahan. Kemungkinan pengetahuan terbaik ini adalah konservasi, dimana sebuah kepercayaan terhadap kepemilikan tertentu dari sebuah obyek meninggalkan atau menyisakan beberapa perubahan yang sama atau konstan dalam penampilan obyek.
Sebuah contoh konservasi kuantitas adalah salah meliputi 2 gelas pipih dan tinggi dengan jumlah air yang persis sama di dalamnya. Jika kamu mengosongkan satu gelas ke dalam gelas yang lebar lebih pendek, kamu menciptakan perubahan perseptual substansial terhadap air; hal ini terlihat sangat berbeda dari sebelumnya dan sangat berbeda dari air di dalam gelas yang tinggi. Akankah seorang anak percaya bahwa gelas yang lebar mempunyai jumlah air yang sama seperti gelas yang tinggi? Jika iya, kemudian ia konserv, mengartikan bahwa ia, menunjukkan suatu kepercayaan dalam konstansi air ke dalam perubahan perseptual.
Piaget menemukan bahwa setelah usia sekitar tujuh tahun kebanyakan anak sudah bisa konserv kuantitas dalam eksperimen gelas air (1965). Bola tanah liat. Dimulai dengan dua tanah liat yang sama. Gilas salah satu sehingga terlihat seperti kue pipih. Tanyakan “Apakah dua bola ini mempunyai berat yang sama, atau apakah yang satu lebih berat dari yang lainnya?”
Beberapa dari tugas ini menjelaskan sebuah kepercayaan dalam beberapa contoh konservasi. Bola tanah liiat, seperti air dalam gelas, menjelaskan konservasi massa; Kawat bengkok dan pensil, konservasi jarak dan panjang; dan koin, konservasi jumlah. Anak-anak usia pertengahan cenderung mengkonserv dalam berbagai segi.
Secara khusus, seorang anak tidak membutuhkan semua konservasi ini pada waktu yang sama, suatu fenomena yang disebut Piaget sebagai decalage.
Ketrampilan Operasional Konkret Lainnya
Piaget menggambarkan beberapa bentuk lain dari pengetahuan yang muncul selama usia pertengahan (Piaget, 1983). Diantara beberapa benda-benda, anak usia sekolah dapat menyusun atau mengatur obyek dalam baris, lebih baik; mereka memahami waktu lebih lengkap dan akurat; dan mereka dapat memahami sebagian hubungan dengan lebih baik. Marilah kita melihat pada masing-masing bagiannya.
Seriasi. Istilah seriasi mengaju pada kemampuan untuk mengambil item-item ke dalam suatu rangkaian atau baris. Memberikan satu lusin tongkat dengan panjang yang yang berbeda, seorang anak berusia 8 tahun biasanya menyusunnya dengan mudah sesuai panjangnya. Anak usia 4 tahun sering mempunyai kesulitan dalam tugas ini; mereka mungkin menyusun beberapa secara benar tetapi yang lainnya. Atau mereka mungkin memasukkan pengukuran mereka, membuat satu dari ujung akhir tongkat tampak urut tetapi membuat ujung lainnya terlihat acak.
Perasaan akan Waktu. Anak usia sekolah mengerti waktu ‘alami’ lebih baik daripada yang lebih muda. Anak usia delapan tahun umumnya mengetahui bahwa waktu mengarah pada suatu aliran peristiwa yang tunggal dan konstan yang ditandai oleh kalender, jam, dan penanggalan lainnya. Pemahaman ini membantu mereka menyadari bahwa orang tua mereka lebih tua daripada anak-anak, bahwa ‘besok’ biasanya lebih cepat daripada ‘minggu depan’ dan bahwa setengah jam acara televisi lebih pendek daripada yang dua jam.
Relasi Spasial. Meskipun anak usia prasekolah biasanya dapat menemukan cara mereka mengelilingi rumah mereka, hanya anak dengan operasional konkret dapat membimbing dengan reliable dalam ruang yang kompleks dan tidak familiar, seperti pada sebuah mall pembelanjaan sekitar rumah.
Pengaruh Teori Piaget dalam Pendidikan
Teori kognitif Piaget mempunyai pengaruh penting dalam pendidikan dan sekolah. Pendidik telah melibatkan program yang banyak yang merefleksikan prinsip dan temuan aliran Piaget atau paling sedikit mencoba untuk konsisten.
Bentuk dan Urutan mengajar. Pendidik telah meminjam ide teori Piaget bahwa pengetahuan yang benar berasal dari manipulasi material secara aktif. Anak belajar tentang berat, secara cepat, dengan obyek yang beragam beratnya secara aktual pada sebuah skala daripada dengan membaca tentang berat dalam buku atau mendengarkan guru mereka berbicara tentang beberapa aktivitas. Suatu komitmen untuk belajar aktif mengarahkan guru dan perancang kurikulum untuk meletakkan aktivitas yang dapat diraba ke dalam program pendidikan sebisa mungkin, seperti terhadap aktiivtas yang urut dari yang dapat diraba ke abstrak.
Isi kurikulum. Teori aliran Piaget telah mempengaruhi konten kurikulum tertentu dengan memberikan beberapa area spesifik tentang kompetensi kognitif apa yang diharapkan dari anak-anak pada usia tertentu atau tahap perkembangan tertentu.
KETRAMPILAN MEMPROSES INFORMASI
Selama usia pertengahan, anak-anak memperlihatkan perubahan yang penting dalam bagaimana mereka mengorganisasikan dan mengingat informasi. Ingatan jangka pendek mereka selalu telah berkembang dengan baik meskipun pada usia 5 tahun.
Kapasitas Memori
Menurut konsep populer, anak-anak mengingat dengan lebih baik seperti saat mereka dapat lebih tua. Meski dalam kehidupan sehari-hari, anak-anak secara nyata tidak tampil seperti orang dewasa pada beberapa tugas.
Short-term memory (STM). Beberapa dari perbedaan memori ini mungkin tergantung pada bagian model proses informasi anak-anak terjadi setelah digunakan. Beberapa tugas bertumpu pada secara utama pada short term memory (ingatan jangka pendek), dimana suatu penandaan untuk tetap memikirkan informasi itu hanya untuk jangka pendek – mungkin sampai 20 detik. Pada tugas yang menenkankan STM anak usia sekolah – dan juga anak usia pra sekolah – memperlihatkan seperti orang dewasa.
Long-term memory (LTM). LTM adalah pemikiran masa depan yang membawa informasi untuk waktu lama – mungkin tidak terdefinisikan. Kapasitas LTM berkembang lebih lambat daripada STM, mungkin karena hal ini memancar lebih sering pada metode menyimpan dan perolehan kembali yang komplek. Hal ini merupakan proses mengundang ingatan yang lebih sulit, dimana kita membawa informasi kembali pada kesadaran yang menggunakan berapa isyarat eksternal.
Pengaruh-pengaruh pada Perkembangan Memori
Seperti contoh yang ditunjukkan oleh cerita yang dipanggil kembali, LTM berkembang sebagian karena lainnya, perubahan kognitif yang berhubungan berubah selama masa anak. Satu dari peningkatan dalam alasan yang logis ini, seperti yang digambarkan Piaget. Lainnya adalah suatu peningkatan dalam pengetahuan atau “kenyataan” yang khusus. Masih yang lainnya adalah sebuah peningkatan dalam stategi belajar yang digunakan dalam pemecahan masalah – termasuk masalah yang tergantung pada STM.
Mekanisme untuk Memperoleh Strategi Belajar. Anak-anak sedikitnya dari 3 cara : trial and error (mencoba dan gagal), konstruksi logika, dan belajar observasional (Shatz, 1983; Brown dkk, 1983). Masing-masing dapat dilihat dalam aktivitas anak-anak yang terjadi secara alami, dan dapat dibantu oleh orang tua dan guru.
1.Trial and error, beberapa anak mempunyai strategi yang efektif kurang lebih dengan kecelakaan, atau mencoba dan gagal. Sering proses ini terjadi di tengah-tengah dari yang sudah ada sebelumnya, lebih banyak strategi belajar logis. Beberapa anak usia sekolah menulis beberapa essay dan mengikuti semua saran guru mereka sebelum mereka menemukan, secara kebetulan, metode yang bekerja bagi mereka.
2.Konstuksi logis. Banyak yang disebut strategi belajar acak dapat secara nyata merefleksikan konstruksi logis pengetahuan daripada. Pengetahuan yang dibangun secara logis mengacu pada suatu bentuk usaha aktif anak untuk memahami dunia – pembelajaran singkat yang ditekankan oleh teori perkembangan Piaget. Seperti berpikir dapat membantu secara khusus anak untuk memperluas strategi belajar kepada situasi yang baru.
3.Belajar observasional. Contoh ini juga dapat termasuk belajar observasional, seperti yang digambarkan pada Bab 2. Dalam banyak situasi, anak melihat pembicaraan dan akting lain dan juga menyaksikan konsekuensi aktivitas ini. Beberapa observasi memberikan model untuk strategi belajar anak pada lain waktu dan tempat, meskipun jauh dari demonstrasi aslinya.
Pemikiran Konvergen dan Divergen
Satu cara dimana anak sekolah berbeda adalah dalam mereka menggunakan pemikiran konvergen dan divergen.
Pemikiran konvergen mengacu pada terfokus, pengambilan alasan deduktif yang mengacu pada suatu solusi tertentu suatu masalah. Memecahkan masalah aritmatika membutuhkan pemikiran konvergen; begitu juga bekerja dengan puzzle. Banyak pembelajaran sekolah memerlukan pemikiran konvergen karena hanya ada 1 jawaban benar, dimana siswa harus menentukannya. Angka kejadian pemikiran konvergen dalam sekolah kenyataannya mungkin sebagian menjelaskan mengapa hampir semua anak dapat menggunakan bentuk berpikir ini sedikitnya beberapa waktu. Setelah beberapa tahun, mereka secara sederhana menerima banyak latihan.
Pemikiran divergen mengacu pada produksi variasi tipe yang luas, secara lengah mungkin mereka tidak biasa atau tidak berhubungan. Hal ini dekat dengan menyerupai tanda “kreativitas” tetapi kurang penekanannya dalam kualitas; pemikiran divergen secara sederhana menyebar, dan dalam mengerjakannya dapat selesai dengan baik atau dapat dinilai unik. Pemikir divergen cenderung untuk menghasilkan ide-ide dengan lancar dan elaborasi, dan mereka cenderung untuk membentuk hubungan antar ide relatif fleksibel. Kebanyakan dari kita menggunakan bentuk berpikir ini dari waktu ke waktu.
KESULITAN BELAJAR
Selama usia pertengahan, sekitar lima persen anak mengembangkan kesulitan belajar, dimana gangguan dalam proses kognitif dasar yang berhubungan dengan pemahaman atau penggunaan bahasa, juga menulis atau berbicara (Lerner, 1988). Biasanya suatu kesulitan belajar menyebabkan pencapaian akademik yang buruk, dan ketidakmamopuan belajar bukan merupakan hasil dari kelambatan berpikir umum, seperti retardasi mental.
Kesulitan belajar mempunyai banyak bentuk yang sulit diklasifikasikan, untuk mudahnya pendidik sering membedakan antara kesulitan belajar perkembangan dan kesulitan belajar akademik. Kesulitan belajar perkembangan adalah kekurangan dalam proses psikologis, seperti ingatan yang buruk atau ADHD. Kesulitan belajar akademik merupakan kesulitan dalam mempelajari subyek atau tugas akademik tertentu, seperti membaca, mengeja, menulis tangan, atau aritmatika. Mereka sering lebih tampak pada dua jenis akibat kesulitan, dengan definisi, mereka termasuk kurang dalam penampilan di sekolah.
Satu bentuk umum dari kesulitan akademik disebut disleksia – suatu kesulitan membaca. Perbedaan gejala antar anak dengan disleksia diwakili dari perbedaan kesulitan belajar secara umum.
Sebab-sebab Kesulitan Belajar
Apa yang menyebabkan anak mempunyai kesulitan belajar?
1. Gejala mereka menyerupai apa yang terjadi terhadap individu yang menderita trauma pada bagian otak tertentu mereka (Rutter & Garmezy, 1983). Untuk alasan ini, beberapa profesional telah menyarankan bahwa kesulitan belajar termasuk disleksia dapat merefleksikan kerusakan otak minimal yang tidak terdeteksi yang terjadi selama proses kelahiran atau juga sebelum kelahiran.
2. Kesulitan belajar berfokus pada fungsi otak daripada anatomi otak. Dalam pandangan ini, kesulitan mungkin hasil dari perbedaan yang tidak diketahui dalam bagaimana otak mengorganisasikan secara normal dan memproses informasi (Ceci, 1987).
Pertama mereka harus mengamati huruf-huruf dan kata-kata sebagai bentuk visual. Kemudian mereka harus mengkombinasikan bentuk ini kepada rangkaian yang menyusun frase dan kalimat. Akhirnya mereka harus menghubungkan rangkaian ini dengan arti dari bentuk ide-ide, ketika semua langkah ini dilewati, mereka juga harus melihat ke depan untuk mengakui bentuk visual selanjutnya pada halaman. Jika beberapa langkah ini gagal atau terjadi dalam baris yang salah atau pada kecepatan yang salah, dapat muncul disleksia pada seorang anak (Siegler, 1983).
PERKEMBANGAN BAHASA PADA USIA PERTENGAHAN
Bahasa terus berkembang selama usia pertengahan masa anak-anak. Perbenda-bendaharaan kata terus tumbuh, tentu saja, tetapi lebih penting, arti kata menjadi lebih yang tidak diketahui dan kompleks dan lebih seperti orang dewasa.
MENDEFINISIKAN DAN MENGUKUR INTELIGENSI
Intelgensi mengacu pada kemampuan adaptasi atau memecahkan masalah secara berbeda, terhadap sebuah kemampuan umum untuk belajar dari pengalaman. Biasanya intelegensi juga mengacu pada kemampuan untuk beralasan secara abstrak kadang menggunakan bahasa juga; dan hal ini meliputi kemampuan untuk mengintegrasikan pengetahuan lama dan baru.
Konsep-Konsep Inteligensi
Satu kemampuan atau beberapa? Beberapa psikolog (dan tes-tes mereka) menekankan ketrampilan khusus secara relatif; lainnya menekankan satu daripada kemampuan umum, kadang disebut g (Sternberg, 1988). Kebanyakan tes (dan psikolognya) mengakui adanya faktor umum dan spesifik (s factor), meskipun mereka berbeda dalam penekanan.
Kesalahan Interpretasi Tes Inteligensi Bersama
Banyak kritik yang diberikan dari interpretasi yang salah dari hasil tes intelegensi. Dalam satu sisi atau lainnya, semua kesalahan berikut telah digantikan dengan yang lebih mudah untuk mengerjakannya.
1.Menyamakan skor tes dengan intelegensi sebenarnya. Seperti yang telah kita diskusikan di awal, tes intelegensi utamanyahanya mengukur bakat akademiki
2.Perbedaan intelektual dan intelegensi yang membingungkan. Kebanyakann skor tes intelegensi merefleksikan seberapa banyak anak berbeda dari lainnya, membandingkan anak-anak. Mereka biasanya tidak melaporkan seberapa banyak anak sebenarnya mengetahui beberapa poin yang diberikan pada suatu saat. Pengetahuan aktual dapat perihal lebih banyak daripada perbedaan pengetahuan dalam banyak situasi, seperti ketika anak mencoba untuk menstabilkan sepedanya atau mencoba untuk menemukan jalan ke rumah sepanjang jalan yang tidak falmiliar.
3.Mengasumsi terlalu banyak precision. Karena tes intelegensi memberikan skor numerik, orang dewasa diusahakan untuk berpikir bahwa mereka lebih dihargai daripada mereka sebenarnya. Dalam kenyataannya, bagaimanapun, perbedaan kecil dalam skor antar anak sering merefleksikan variasi acak daripada perbedaan intelegensi sebenarnya. Tes manual biasanya menunjukkan fakta ini, tetapi sayangnya, informasi kadang tidak dapat sampai ke orang tua, dan juga guru atau psikolog sekolah mungkin melupakannya.
Implikasi untuk Guru dan Orang Tua. Bila digunakan, tes intelegensi dan kemampuan umum dapat membantu orang tua dan guru untuk memahami anak. Tetapi tes tidak dpat menggantikan beberapa cara untuk mencapai banyak pemahaman, seperti melalui perluasan, oebservasi informal di kelas atau rumah atau hanya menjelaskan percakapan. Umumnya, tes intelegensi secara sederhana menambahkan semua informasi yang telah diketahui dan diharapkan; mereka tidak menggantikan informasi tersebut. Tes intelegensi memberikan sedikit informasi yang sangat berguna dalam merencanakan pendidikan pribadi di masa mendatang.
PERKEMBANGAN MORAL
Selama usia sekolah, perkembangan kognitif juga mempengaruhi kehidupan emosional dan sosial anak. Satu dari cara yang paling penting dalam hal ini adalah dengan mempengaruhi perkembangan moralitas.
Moralitas mengarah pada suatu perasaan etik, atau benar dan salah. Pertanyaan moralitas datang ketika seorang anak dapat membantu atau melukai anak lain. Karena anak dekat dalam kontak dengan kelompok mereka, pertanyaan membantu dan melukai lebih sering muncul : dalam memutuskan apakah berbagi makan siang dengan teman sekelas, contohnya, atau apakah mengambil buku kesukaan sibling tanpa permisi.
Tahapan Pemikiran Moral Piaget
Anak yang lebih muda, usia sekitar 6-9 tahun, cenderung untuk menggunakan apa yang Piaget sebut dengan moralitas heteronomi, atau suatu “moralitas paksaan”. Dalam cara pikir ini, anak mematuhi peraturan suatu permainan yang asli dan tidak dapat diubah, kemudian mereka sangat lemah mengenai peraturan sebenarnya berikut. Pelanggaran diputuskan sesuai dengan jumlah kerusakan objektif yang dibuat oleh anak, tanpa mempedulikan apakah kerusakan terjadi secara disengaja atau tidak. Memukul semua marmer anak lain keluar dari lingkaran permainan lebih buruk daripada memukul hanya satu marmer yang keluar, contohnya, apakah bertujuan seperti itu atau tidak. Anak pada usia ini akan sering berkomitmen dengan penghargaan seperti sebuah “dosa” ketika mereka dapat keluar dengannya dalam keputusan ini daripada secara kasar.
Pada usia SD selanjutnya (sekitar 9-12 tahun), bagaimanapu, anak bergantian menuju apa yang disebut Piaget sebagai moralitas otonomi, atau suatu “moralitas kerja sama”. Dalam filsafat yang lebih matang ini, anak mulai untuk meletakkan keinginan dan perhatian kelompok ke dalam hitungan dalam menilai tindakan mereka. Sekarang, merusak lingkaran marmer yang dimasuki mungkin diputuskan kurang secara kasar jikan terjadi secara tidak disengaja, dan memindahkan hanya 1 marmer secara tidak sah mungkin dinilai lebih kasar jika anak sengaja melakukannya. Pada waktu yang sama, anak-anak yang diamati Piaget merasa bahwa mereka dapat mengubah aturan jika mereka inginkan melalui diskusi dan keputusan kelompok; peraturan tidak dipastikan atau asli lebih lama. Mungkin sebagai hasilnya, anak-anak pada tahap selanjutnya mengubah peraturan lebih hati-hati karena mereka merasa bertanggung jawab dalam menciptakannya. Peraturan yang sangat dasyat mungkin telah mencegah anak yang lebih mudah dari mengambil tanggung jawab untuk mengikutinya.
Piaget berpendapat bahhwa anak-anak pada usia pertengahan berpindah dari moralitas heteronomi menjadi moralitas otonomi. Menurut Piaget tentang pembagian 2 jenis moralitas: moralitas heteronomi muncul lebih sering pada anak yang lebih muda, dan moralitas otonomi lebih sering muncul pada anak yang lebih tua.
Enam Tahapan Keputusan Moral Kohlberg
Lawrence Kohlberg memperluas ide Piaget dengan mengajukan 6 tahap keputusan moral
Pada usia pertengahan, kebanyakan anak umumnya memperlihatkan pemberian alasan etika pada tahap 2, tetapi minoritas dapat mulai menampakkannya pada Tahap 3 atau 4 pemberian alasan menuju akhir dari periode ini (Colby dkk, 1983). Dalam tahap 3 (orientasi interpersonal), sebuah perhatian utama anak adalah dengan opini kelompoknya : suatu tindakan benar jika teman-teman sekitarnya berkata benar. Sering cara pikir ini mengarah pada tindakan membantu, seperti bergiliran atau berbagi mainan atau materi. Tetapi sering juga tidak, ketika sekelompok teman memutuskan mengeluarkan udara dari ban mobil seseorang. Pada tahap 4 (orientasi simelawan sosial), anak berganti dari perhatian dengan kelompoknya untuk menaruh perhatian dengan opini komunitas yang lebih luar mereka atau masyarakat keseluruhan : sekarang sesuatu benar jika kelompok yang lebih luas ini membuktikan.
Evaluasi Teori Kognitif pada Perkembangan Moral
Meskipun penelitian telah cenderung untuk menemukan teori teori Piaget yang 2 tahap terlalu simpe, teori 6 tahap Kohlberg telah terbukti ketika diujikan pada varietas anak yang lebih luas, remaja dan orang dewasa (Colby dkk, 1983). Namun tahapan Kohlberg hanya menggambarkan bentuk pemikiran bukan isinya.
Selama usia pertengahan, anak menjadi terampil pada opersional konkret, dimana aktivitas mental difokuskan pada kenyataan, merasakan obyek dan peristiwa. Operasi konkret mempunyai tiga kualitas yang saling berkaitan : desentrasi, sensitivitas untuk transformasi dan resersibilitas (Piaget, 1965).
Desentrasi artinya memperhatikan dengan banyak perencanaan pada suatu masalah pada satu waktu. Pada mengestimasikan jumlah uang sen yang terpencar pada sebuah meja, sebagai contoh, seorang anak usia sekolah mungkin akan sekali menghitungnya tidak hanya berdasar seberapa besar barisannya tetapi juga seberapa jauh jarak tiap kancing terlihat.
Sensitivitas untuk transformasi artinya memperhatikan dan mengingat perubahan yang signifikan pada obyek. Ketika memutuskan apakah cairan pada sebuah gelas yang sama setelah dituangkan pada sebuah wadah yang baru, seorang anak usia sekolah memusatkan pada proses perubahan aktual yang terjadi – transformasi – memperhatikan bagaimana cairan terlihat sebelum dan sesudah dituangkan.
Reversibilitas dapat diartikan pemecahan masalah secara mental kembali untuk memulainya. Dalam memutuskan jumlah cairan pada suatu wadah, anak dapat membayangkan penuangan kembali ke gelas semula tanpa peragaan secara nyata.
Dalam beberapa cara, operasi hitungan konkret untuk penemuan kembali ketrampilan yang membentuk anak-anak dalam masa praoperasional dalam istilah ketrampilan klasifikasi, sekitar usia 7 tahun, anak-anak telah meningkatkan kemampuan klasifikasi atau mengelompokan mereka, secara substansial atas apa yang mereka dapat lakukan sebagai anak pra sekolah.
Secara khusus mereka sedikit bingung daripada menggunakan kelas inklusi – mengelompokkan dimana satu jenis obyek dibandingkan dengan yang lebih besar, tipe obyek yang lebih inklusif. Contohnya anak laki dan perempuan keduanya dikelompokkan ke kategori yang lebih besar – anak-anak.
Konservasi pada Usia Pertengahan
Beberapa ketrampilan kognitif membuat penampilan nyata mereka selama usia pertengahan. Kemungkinan pengetahuan terbaik ini adalah konservasi, dimana sebuah kepercayaan terhadap kepemilikan tertentu dari sebuah obyek meninggalkan atau menyisakan beberapa perubahan yang sama atau konstan dalam penampilan obyek.
Sebuah contoh konservasi kuantitas adalah salah meliputi 2 gelas pipih dan tinggi dengan jumlah air yang persis sama di dalamnya. Jika kamu mengosongkan satu gelas ke dalam gelas yang lebar lebih pendek, kamu menciptakan perubahan perseptual substansial terhadap air; hal ini terlihat sangat berbeda dari sebelumnya dan sangat berbeda dari air di dalam gelas yang tinggi. Akankah seorang anak percaya bahwa gelas yang lebar mempunyai jumlah air yang sama seperti gelas yang tinggi? Jika iya, kemudian ia konserv, mengartikan bahwa ia, menunjukkan suatu kepercayaan dalam konstansi air ke dalam perubahan perseptual.
Piaget menemukan bahwa setelah usia sekitar tujuh tahun kebanyakan anak sudah bisa konserv kuantitas dalam eksperimen gelas air (1965). Bola tanah liat. Dimulai dengan dua tanah liat yang sama. Gilas salah satu sehingga terlihat seperti kue pipih. Tanyakan “Apakah dua bola ini mempunyai berat yang sama, atau apakah yang satu lebih berat dari yang lainnya?”
Beberapa dari tugas ini menjelaskan sebuah kepercayaan dalam beberapa contoh konservasi. Bola tanah liiat, seperti air dalam gelas, menjelaskan konservasi massa; Kawat bengkok dan pensil, konservasi jarak dan panjang; dan koin, konservasi jumlah. Anak-anak usia pertengahan cenderung mengkonserv dalam berbagai segi.
Secara khusus, seorang anak tidak membutuhkan semua konservasi ini pada waktu yang sama, suatu fenomena yang disebut Piaget sebagai decalage.
Ketrampilan Operasional Konkret Lainnya
Piaget menggambarkan beberapa bentuk lain dari pengetahuan yang muncul selama usia pertengahan (Piaget, 1983). Diantara beberapa benda-benda, anak usia sekolah dapat menyusun atau mengatur obyek dalam baris, lebih baik; mereka memahami waktu lebih lengkap dan akurat; dan mereka dapat memahami sebagian hubungan dengan lebih baik. Marilah kita melihat pada masing-masing bagiannya.
Seriasi. Istilah seriasi mengaju pada kemampuan untuk mengambil item-item ke dalam suatu rangkaian atau baris. Memberikan satu lusin tongkat dengan panjang yang yang berbeda, seorang anak berusia 8 tahun biasanya menyusunnya dengan mudah sesuai panjangnya. Anak usia 4 tahun sering mempunyai kesulitan dalam tugas ini; mereka mungkin menyusun beberapa secara benar tetapi yang lainnya. Atau mereka mungkin memasukkan pengukuran mereka, membuat satu dari ujung akhir tongkat tampak urut tetapi membuat ujung lainnya terlihat acak.
Perasaan akan Waktu. Anak usia sekolah mengerti waktu ‘alami’ lebih baik daripada yang lebih muda. Anak usia delapan tahun umumnya mengetahui bahwa waktu mengarah pada suatu aliran peristiwa yang tunggal dan konstan yang ditandai oleh kalender, jam, dan penanggalan lainnya. Pemahaman ini membantu mereka menyadari bahwa orang tua mereka lebih tua daripada anak-anak, bahwa ‘besok’ biasanya lebih cepat daripada ‘minggu depan’ dan bahwa setengah jam acara televisi lebih pendek daripada yang dua jam.
Relasi Spasial. Meskipun anak usia prasekolah biasanya dapat menemukan cara mereka mengelilingi rumah mereka, hanya anak dengan operasional konkret dapat membimbing dengan reliable dalam ruang yang kompleks dan tidak familiar, seperti pada sebuah mall pembelanjaan sekitar rumah.
Pengaruh Teori Piaget dalam Pendidikan
Teori kognitif Piaget mempunyai pengaruh penting dalam pendidikan dan sekolah. Pendidik telah melibatkan program yang banyak yang merefleksikan prinsip dan temuan aliran Piaget atau paling sedikit mencoba untuk konsisten.
Bentuk dan Urutan mengajar. Pendidik telah meminjam ide teori Piaget bahwa pengetahuan yang benar berasal dari manipulasi material secara aktif. Anak belajar tentang berat, secara cepat, dengan obyek yang beragam beratnya secara aktual pada sebuah skala daripada dengan membaca tentang berat dalam buku atau mendengarkan guru mereka berbicara tentang beberapa aktivitas. Suatu komitmen untuk belajar aktif mengarahkan guru dan perancang kurikulum untuk meletakkan aktivitas yang dapat diraba ke dalam program pendidikan sebisa mungkin, seperti terhadap aktiivtas yang urut dari yang dapat diraba ke abstrak.
Isi kurikulum. Teori aliran Piaget telah mempengaruhi konten kurikulum tertentu dengan memberikan beberapa area spesifik tentang kompetensi kognitif apa yang diharapkan dari anak-anak pada usia tertentu atau tahap perkembangan tertentu.
KETRAMPILAN MEMPROSES INFORMASI
Selama usia pertengahan, anak-anak memperlihatkan perubahan yang penting dalam bagaimana mereka mengorganisasikan dan mengingat informasi. Ingatan jangka pendek mereka selalu telah berkembang dengan baik meskipun pada usia 5 tahun.
Kapasitas Memori
Menurut konsep populer, anak-anak mengingat dengan lebih baik seperti saat mereka dapat lebih tua. Meski dalam kehidupan sehari-hari, anak-anak secara nyata tidak tampil seperti orang dewasa pada beberapa tugas.
Short-term memory (STM). Beberapa dari perbedaan memori ini mungkin tergantung pada bagian model proses informasi anak-anak terjadi setelah digunakan. Beberapa tugas bertumpu pada secara utama pada short term memory (ingatan jangka pendek), dimana suatu penandaan untuk tetap memikirkan informasi itu hanya untuk jangka pendek – mungkin sampai 20 detik. Pada tugas yang menenkankan STM anak usia sekolah – dan juga anak usia pra sekolah – memperlihatkan seperti orang dewasa.
Long-term memory (LTM). LTM adalah pemikiran masa depan yang membawa informasi untuk waktu lama – mungkin tidak terdefinisikan. Kapasitas LTM berkembang lebih lambat daripada STM, mungkin karena hal ini memancar lebih sering pada metode menyimpan dan perolehan kembali yang komplek. Hal ini merupakan proses mengundang ingatan yang lebih sulit, dimana kita membawa informasi kembali pada kesadaran yang menggunakan berapa isyarat eksternal.
Pengaruh-pengaruh pada Perkembangan Memori
Seperti contoh yang ditunjukkan oleh cerita yang dipanggil kembali, LTM berkembang sebagian karena lainnya, perubahan kognitif yang berhubungan berubah selama masa anak. Satu dari peningkatan dalam alasan yang logis ini, seperti yang digambarkan Piaget. Lainnya adalah suatu peningkatan dalam pengetahuan atau “kenyataan” yang khusus. Masih yang lainnya adalah sebuah peningkatan dalam stategi belajar yang digunakan dalam pemecahan masalah – termasuk masalah yang tergantung pada STM.
Mekanisme untuk Memperoleh Strategi Belajar. Anak-anak sedikitnya dari 3 cara : trial and error (mencoba dan gagal), konstruksi logika, dan belajar observasional (Shatz, 1983; Brown dkk, 1983). Masing-masing dapat dilihat dalam aktivitas anak-anak yang terjadi secara alami, dan dapat dibantu oleh orang tua dan guru.
1.Trial and error, beberapa anak mempunyai strategi yang efektif kurang lebih dengan kecelakaan, atau mencoba dan gagal. Sering proses ini terjadi di tengah-tengah dari yang sudah ada sebelumnya, lebih banyak strategi belajar logis. Beberapa anak usia sekolah menulis beberapa essay dan mengikuti semua saran guru mereka sebelum mereka menemukan, secara kebetulan, metode yang bekerja bagi mereka.
2.Konstuksi logis. Banyak yang disebut strategi belajar acak dapat secara nyata merefleksikan konstruksi logis pengetahuan daripada. Pengetahuan yang dibangun secara logis mengacu pada suatu bentuk usaha aktif anak untuk memahami dunia – pembelajaran singkat yang ditekankan oleh teori perkembangan Piaget. Seperti berpikir dapat membantu secara khusus anak untuk memperluas strategi belajar kepada situasi yang baru.
3.Belajar observasional. Contoh ini juga dapat termasuk belajar observasional, seperti yang digambarkan pada Bab 2. Dalam banyak situasi, anak melihat pembicaraan dan akting lain dan juga menyaksikan konsekuensi aktivitas ini. Beberapa observasi memberikan model untuk strategi belajar anak pada lain waktu dan tempat, meskipun jauh dari demonstrasi aslinya.
Pemikiran Konvergen dan Divergen
Satu cara dimana anak sekolah berbeda adalah dalam mereka menggunakan pemikiran konvergen dan divergen.
Pemikiran konvergen mengacu pada terfokus, pengambilan alasan deduktif yang mengacu pada suatu solusi tertentu suatu masalah. Memecahkan masalah aritmatika membutuhkan pemikiran konvergen; begitu juga bekerja dengan puzzle. Banyak pembelajaran sekolah memerlukan pemikiran konvergen karena hanya ada 1 jawaban benar, dimana siswa harus menentukannya. Angka kejadian pemikiran konvergen dalam sekolah kenyataannya mungkin sebagian menjelaskan mengapa hampir semua anak dapat menggunakan bentuk berpikir ini sedikitnya beberapa waktu. Setelah beberapa tahun, mereka secara sederhana menerima banyak latihan.
Pemikiran divergen mengacu pada produksi variasi tipe yang luas, secara lengah mungkin mereka tidak biasa atau tidak berhubungan. Hal ini dekat dengan menyerupai tanda “kreativitas” tetapi kurang penekanannya dalam kualitas; pemikiran divergen secara sederhana menyebar, dan dalam mengerjakannya dapat selesai dengan baik atau dapat dinilai unik. Pemikir divergen cenderung untuk menghasilkan ide-ide dengan lancar dan elaborasi, dan mereka cenderung untuk membentuk hubungan antar ide relatif fleksibel. Kebanyakan dari kita menggunakan bentuk berpikir ini dari waktu ke waktu.
KESULITAN BELAJAR
Selama usia pertengahan, sekitar lima persen anak mengembangkan kesulitan belajar, dimana gangguan dalam proses kognitif dasar yang berhubungan dengan pemahaman atau penggunaan bahasa, juga menulis atau berbicara (Lerner, 1988). Biasanya suatu kesulitan belajar menyebabkan pencapaian akademik yang buruk, dan ketidakmamopuan belajar bukan merupakan hasil dari kelambatan berpikir umum, seperti retardasi mental.
Kesulitan belajar mempunyai banyak bentuk yang sulit diklasifikasikan, untuk mudahnya pendidik sering membedakan antara kesulitan belajar perkembangan dan kesulitan belajar akademik. Kesulitan belajar perkembangan adalah kekurangan dalam proses psikologis, seperti ingatan yang buruk atau ADHD. Kesulitan belajar akademik merupakan kesulitan dalam mempelajari subyek atau tugas akademik tertentu, seperti membaca, mengeja, menulis tangan, atau aritmatika. Mereka sering lebih tampak pada dua jenis akibat kesulitan, dengan definisi, mereka termasuk kurang dalam penampilan di sekolah.
Satu bentuk umum dari kesulitan akademik disebut disleksia – suatu kesulitan membaca. Perbedaan gejala antar anak dengan disleksia diwakili dari perbedaan kesulitan belajar secara umum.
Sebab-sebab Kesulitan Belajar
Apa yang menyebabkan anak mempunyai kesulitan belajar?
1. Gejala mereka menyerupai apa yang terjadi terhadap individu yang menderita trauma pada bagian otak tertentu mereka (Rutter & Garmezy, 1983). Untuk alasan ini, beberapa profesional telah menyarankan bahwa kesulitan belajar termasuk disleksia dapat merefleksikan kerusakan otak minimal yang tidak terdeteksi yang terjadi selama proses kelahiran atau juga sebelum kelahiran.
2. Kesulitan belajar berfokus pada fungsi otak daripada anatomi otak. Dalam pandangan ini, kesulitan mungkin hasil dari perbedaan yang tidak diketahui dalam bagaimana otak mengorganisasikan secara normal dan memproses informasi (Ceci, 1987).
Pertama mereka harus mengamati huruf-huruf dan kata-kata sebagai bentuk visual. Kemudian mereka harus mengkombinasikan bentuk ini kepada rangkaian yang menyusun frase dan kalimat. Akhirnya mereka harus menghubungkan rangkaian ini dengan arti dari bentuk ide-ide, ketika semua langkah ini dilewati, mereka juga harus melihat ke depan untuk mengakui bentuk visual selanjutnya pada halaman. Jika beberapa langkah ini gagal atau terjadi dalam baris yang salah atau pada kecepatan yang salah, dapat muncul disleksia pada seorang anak (Siegler, 1983).
PERKEMBANGAN BAHASA PADA USIA PERTENGAHAN
Bahasa terus berkembang selama usia pertengahan masa anak-anak. Perbenda-bendaharaan kata terus tumbuh, tentu saja, tetapi lebih penting, arti kata menjadi lebih yang tidak diketahui dan kompleks dan lebih seperti orang dewasa.
MENDEFINISIKAN DAN MENGUKUR INTELIGENSI
Intelgensi mengacu pada kemampuan adaptasi atau memecahkan masalah secara berbeda, terhadap sebuah kemampuan umum untuk belajar dari pengalaman. Biasanya intelegensi juga mengacu pada kemampuan untuk beralasan secara abstrak kadang menggunakan bahasa juga; dan hal ini meliputi kemampuan untuk mengintegrasikan pengetahuan lama dan baru.
Konsep-Konsep Inteligensi
Satu kemampuan atau beberapa? Beberapa psikolog (dan tes-tes mereka) menekankan ketrampilan khusus secara relatif; lainnya menekankan satu daripada kemampuan umum, kadang disebut g (Sternberg, 1988). Kebanyakan tes (dan psikolognya) mengakui adanya faktor umum dan spesifik (s factor), meskipun mereka berbeda dalam penekanan.
Kesalahan Interpretasi Tes Inteligensi Bersama
Banyak kritik yang diberikan dari interpretasi yang salah dari hasil tes intelegensi. Dalam satu sisi atau lainnya, semua kesalahan berikut telah digantikan dengan yang lebih mudah untuk mengerjakannya.
1.Menyamakan skor tes dengan intelegensi sebenarnya. Seperti yang telah kita diskusikan di awal, tes intelegensi utamanyahanya mengukur bakat akademiki
2.Perbedaan intelektual dan intelegensi yang membingungkan. Kebanyakann skor tes intelegensi merefleksikan seberapa banyak anak berbeda dari lainnya, membandingkan anak-anak. Mereka biasanya tidak melaporkan seberapa banyak anak sebenarnya mengetahui beberapa poin yang diberikan pada suatu saat. Pengetahuan aktual dapat perihal lebih banyak daripada perbedaan pengetahuan dalam banyak situasi, seperti ketika anak mencoba untuk menstabilkan sepedanya atau mencoba untuk menemukan jalan ke rumah sepanjang jalan yang tidak falmiliar.
3.Mengasumsi terlalu banyak precision. Karena tes intelegensi memberikan skor numerik, orang dewasa diusahakan untuk berpikir bahwa mereka lebih dihargai daripada mereka sebenarnya. Dalam kenyataannya, bagaimanapun, perbedaan kecil dalam skor antar anak sering merefleksikan variasi acak daripada perbedaan intelegensi sebenarnya. Tes manual biasanya menunjukkan fakta ini, tetapi sayangnya, informasi kadang tidak dapat sampai ke orang tua, dan juga guru atau psikolog sekolah mungkin melupakannya.
Implikasi untuk Guru dan Orang Tua. Bila digunakan, tes intelegensi dan kemampuan umum dapat membantu orang tua dan guru untuk memahami anak. Tetapi tes tidak dpat menggantikan beberapa cara untuk mencapai banyak pemahaman, seperti melalui perluasan, oebservasi informal di kelas atau rumah atau hanya menjelaskan percakapan. Umumnya, tes intelegensi secara sederhana menambahkan semua informasi yang telah diketahui dan diharapkan; mereka tidak menggantikan informasi tersebut. Tes intelegensi memberikan sedikit informasi yang sangat berguna dalam merencanakan pendidikan pribadi di masa mendatang.
PERKEMBANGAN MORAL
Selama usia sekolah, perkembangan kognitif juga mempengaruhi kehidupan emosional dan sosial anak. Satu dari cara yang paling penting dalam hal ini adalah dengan mempengaruhi perkembangan moralitas.
Moralitas mengarah pada suatu perasaan etik, atau benar dan salah. Pertanyaan moralitas datang ketika seorang anak dapat membantu atau melukai anak lain. Karena anak dekat dalam kontak dengan kelompok mereka, pertanyaan membantu dan melukai lebih sering muncul : dalam memutuskan apakah berbagi makan siang dengan teman sekelas, contohnya, atau apakah mengambil buku kesukaan sibling tanpa permisi.
Tahapan Pemikiran Moral Piaget
Anak yang lebih muda, usia sekitar 6-9 tahun, cenderung untuk menggunakan apa yang Piaget sebut dengan moralitas heteronomi, atau suatu “moralitas paksaan”. Dalam cara pikir ini, anak mematuhi peraturan suatu permainan yang asli dan tidak dapat diubah, kemudian mereka sangat lemah mengenai peraturan sebenarnya berikut. Pelanggaran diputuskan sesuai dengan jumlah kerusakan objektif yang dibuat oleh anak, tanpa mempedulikan apakah kerusakan terjadi secara disengaja atau tidak. Memukul semua marmer anak lain keluar dari lingkaran permainan lebih buruk daripada memukul hanya satu marmer yang keluar, contohnya, apakah bertujuan seperti itu atau tidak. Anak pada usia ini akan sering berkomitmen dengan penghargaan seperti sebuah “dosa” ketika mereka dapat keluar dengannya dalam keputusan ini daripada secara kasar.
Pada usia SD selanjutnya (sekitar 9-12 tahun), bagaimanapu, anak bergantian menuju apa yang disebut Piaget sebagai moralitas otonomi, atau suatu “moralitas kerja sama”. Dalam filsafat yang lebih matang ini, anak mulai untuk meletakkan keinginan dan perhatian kelompok ke dalam hitungan dalam menilai tindakan mereka. Sekarang, merusak lingkaran marmer yang dimasuki mungkin diputuskan kurang secara kasar jikan terjadi secara tidak disengaja, dan memindahkan hanya 1 marmer secara tidak sah mungkin dinilai lebih kasar jika anak sengaja melakukannya. Pada waktu yang sama, anak-anak yang diamati Piaget merasa bahwa mereka dapat mengubah aturan jika mereka inginkan melalui diskusi dan keputusan kelompok; peraturan tidak dipastikan atau asli lebih lama. Mungkin sebagai hasilnya, anak-anak pada tahap selanjutnya mengubah peraturan lebih hati-hati karena mereka merasa bertanggung jawab dalam menciptakannya. Peraturan yang sangat dasyat mungkin telah mencegah anak yang lebih mudah dari mengambil tanggung jawab untuk mengikutinya.
Piaget berpendapat bahhwa anak-anak pada usia pertengahan berpindah dari moralitas heteronomi menjadi moralitas otonomi. Menurut Piaget tentang pembagian 2 jenis moralitas: moralitas heteronomi muncul lebih sering pada anak yang lebih muda, dan moralitas otonomi lebih sering muncul pada anak yang lebih tua.
Enam Tahapan Keputusan Moral Kohlberg
Lawrence Kohlberg memperluas ide Piaget dengan mengajukan 6 tahap keputusan moral
Pada usia pertengahan, kebanyakan anak umumnya memperlihatkan pemberian alasan etika pada tahap 2, tetapi minoritas dapat mulai menampakkannya pada Tahap 3 atau 4 pemberian alasan menuju akhir dari periode ini (Colby dkk, 1983). Dalam tahap 3 (orientasi interpersonal), sebuah perhatian utama anak adalah dengan opini kelompoknya : suatu tindakan benar jika teman-teman sekitarnya berkata benar. Sering cara pikir ini mengarah pada tindakan membantu, seperti bergiliran atau berbagi mainan atau materi. Tetapi sering juga tidak, ketika sekelompok teman memutuskan mengeluarkan udara dari ban mobil seseorang. Pada tahap 4 (orientasi simelawan sosial), anak berganti dari perhatian dengan kelompoknya untuk menaruh perhatian dengan opini komunitas yang lebih luar mereka atau masyarakat keseluruhan : sekarang sesuatu benar jika kelompok yang lebih luas ini membuktikan.
Evaluasi Teori Kognitif pada Perkembangan Moral
Meskipun penelitian telah cenderung untuk menemukan teori teori Piaget yang 2 tahap terlalu simpe, teori 6 tahap Kohlberg telah terbukti ketika diujikan pada varietas anak yang lebih luas, remaja dan orang dewasa (Colby dkk, 1983). Namun tahapan Kohlberg hanya menggambarkan bentuk pemikiran bukan isinya.