Senin, 25 Mei 2009

DAMPAK POLAH ASUH AGRESI TERHADAP PSIKOLOGIS ANAK


ASW , 36 warga jalan Nangka, Kecamatan Magersari, Kota mojokerto ini memang keterlaluan. Betapa tidak hanya karena nilai ulangan anaknya jelek, ia tega menganiaya anak kandungnya sendiri bernama GTS, 8, akibatnya, ASW pun harus berurusan dengan pihak kepolisian setelah dilaporkan oleh Sud, 36, ayah korban yang juga mantan suami pelapor (Radar Mojokerto, Kamis 21 Mei 2009).

Model polah asuh agresi seperti kasus ASW di atas kelihatannya masih sering terjadi di sekitar kita, terlebih dalam keluarga dengan tingkat pendidikan rendah. Dalam keluarga dengan tingkat pendidikan rendah biasanya lebih sering menerapkan polah asuh yang otoriter dalam mendidik anak, dan tidak jarang anak mendapatkan perlakuan agresi dari orang tua sebagai akibat dari kesalahan yang telah diperbuat, seperti yang dialami oleh GTS di atas. Namun demikian bukan berarti dalam keluarga dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi tidak pernah terjadi perilaku agresi, karena tidak sedikit juga keluarga yang katanya berpendidikan tinggi tetapi masih menerapkan polah asuh yang otoriter dan kerap kali menggunakan cara agresi dalam menyelesaikan masalah dalam keluarga. BACA TULISAN SAYA TENTANG JENIS POLAH ASUH DAN DAMPAKNYA DISINI.

APA AGRESI ITU ?
Perilaku agresi adalah perilaku fisik atau lisan yang disengaja dengan maksud untuk menyakiti atau merugikan orang lain (Myers, 1996). Dengan demikian perilaku yang dilakukan oleh ASW di atas adalah tergolong perilaku agresi, karena dilakukan dengan sengaja dan dengan maksud untuk menyakiti orang lain (anaknya GTS).

DAMPAK PERILAKU AGRESI
Perilaku agresi yang dilakukan oleh ASW terhadap anaknya GTS di atas, tentu bukan merupakan sebuah solusi dari masalah yang sedang dihadapi oleh ASW. Dengan berperilaku agresi terhadap GTS, ASW justru menghadirkan sebuah masalah baru bagi dia dan bagi perkembangan kepribadian GTS. Menurut Fox & Gilbert (1994) agresi yang dilakukan berturut-turut dalam jangka lama, apalagi jika terjadi pada anak-anak atau sejak masa kanak-kanak, dapat mempunyai dampak pada perkembangan kepribadian. Misalnya, wanita yang pada masa kanak-kanaknya mengalami salah perlakuan fisik dan atau seksual, pada masa dewasanya (18-44 tahun) akan menjadi depresif, mempunyai harga diri yang rendah, sering menjadi korban serangan seksual, terlibat dalam penyalah gunaan obat, atau mempunyai pacar yang terlibat dalam penyalah gunaan obat. Penelitian yang dilakukan oleh Bryant (1995) menginformasikan, mesikup tidak mengalami agresivitas dalam jangka lama wanita di Amerika Serikat yang pernah mengalami pelecehan seksual menderita berbagai gangguan, seperti tidak mau sekolah, tidak mau bicara di kelas, membolos sekolah, nilai ulangannya jelek, tidak dapat berkonsentrasi di kelas dan nilai rapornya turun.

Melihat dampak perilaku agresi yang begitu besar terhadap perkembangan kepribadian anak, tentu saja sebagai orang tua dituntut untuk lebih memahami anak-anaknya, lebih mendengarkan keluhan-keluhan anaknya, dan menyelesaikan setiap masalah dengan cara yang lebih bijak. Dalam kasus ASW misalnya, seharusnya ASW perlu menanyakan kepada GTS apa yang menyebabkan nilainya jelek, mengingat banyak sekali faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar DOWNLOAD MATERI TENTANG FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL BELAJRA DISINI.
, baru kemudian ASW mengupayakan langkah-langkah yang mesti dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar GTS.
 

Daftar Blog

Daftar Blog

  • PROGRAM BANGKIT - Telah di buka Program Bangkit dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) yang merupakan program pembinaan talenta digital untuk mahasiswa ...
    2 tahun yang lalu

Daftar Blog

suhadianto.blogspot.com Copyright © 2009 WoodMag is Designed by Ipietoon for Free Blogger Template