Proses perkembangan konsep diri tidak pernah sungguh-sungguh berakhir, hal itu berjalan terus dengan aktif dari saat kelahiran sampai kepada kematian sejalan dengan individu tersebut secara terus-menerus menemukan potensi-potensi baru di dalam proses ‘menjadi’ tersebut. Dengan kata lain, untuk memiliki sebuah konsep diri, anak itu harus memandang dirinya sendiri sebagai sebuah obyek yang jelas berbeda dan mampu melihat dirinya dari obyek-obyek lainnya, lalu dia menjadi sadar terhadap perspektif-perspektif lainnya, hanya di dalam cara yang demikianlah dia dapat sadar terhadap evaluasi-evaluasi dari orang-orang lain terhadap dirinya (Burns, 1993:188).
Rini (2004:1) konsep diri terbentuk melalui proses belajar sejak masa pertumbuhan seorang manusia sejak kecil hingga dewasa. Lingkungan, pengalaman dan pola asuh orang tua turut memberikan pengaruh yang signifikan terhadap konsep diri yang terbentuk. Sikap atau respon orang tua dari lingkungan akan menjadi bahan informasi bagi anak untuk menilai siapa dirinya.
Sedangkan menurut Hurlock (1999:238-239) perkembangan konsep diri seseorang dipengaruhi oleh kondisi fisik, tendensi sosial, intelegensi, taraf aspirasi, emosi dan prestise sosialnya. Pengaruh lain datang dari teman-teman dekatnya, keluarganya dan orang-orang yang dikaguminya. Secara umum dapat dikatakan bahwa pengaruh dari faktor-faktor tersebut terhadap perkembangan konsep diri seseorang akan tergantung pada penghayatan emosional seseorang terhadap faktor-faktor yang dimilikinya. Bila nuansa penghayatan tersebut cenderung bangga (positif) maka akan berpengaruh terhadap perkembangan konsep diri kearah yang positif pula atau bisa juga sebaliknya.
BUKU BACAAN:
Burns,R.B. 1993. Konsep diri, teori, pengukuran, perkembangan dan perilaku. Jakarta: Arcan
Hurlock,E.B. 1976. Personality development.New York: McGraw-Hill
Rini, F.J. 2001. Penyiksaan dan pengabaian terhadap anak. Jakarta: Team e psikologi (online). http://www.e-psikologi.com/anak/abused. (29 Januari 2004)
KLIK DISINI UNTUK MEMBACA ARTIKEL TERKAIT.
Rini (2004:1) konsep diri terbentuk melalui proses belajar sejak masa pertumbuhan seorang manusia sejak kecil hingga dewasa. Lingkungan, pengalaman dan pola asuh orang tua turut memberikan pengaruh yang signifikan terhadap konsep diri yang terbentuk. Sikap atau respon orang tua dari lingkungan akan menjadi bahan informasi bagi anak untuk menilai siapa dirinya.
Sedangkan menurut Hurlock (1999:238-239) perkembangan konsep diri seseorang dipengaruhi oleh kondisi fisik, tendensi sosial, intelegensi, taraf aspirasi, emosi dan prestise sosialnya. Pengaruh lain datang dari teman-teman dekatnya, keluarganya dan orang-orang yang dikaguminya. Secara umum dapat dikatakan bahwa pengaruh dari faktor-faktor tersebut terhadap perkembangan konsep diri seseorang akan tergantung pada penghayatan emosional seseorang terhadap faktor-faktor yang dimilikinya. Bila nuansa penghayatan tersebut cenderung bangga (positif) maka akan berpengaruh terhadap perkembangan konsep diri kearah yang positif pula atau bisa juga sebaliknya.
BUKU BACAAN:
Burns,R.B. 1993. Konsep diri, teori, pengukuran, perkembangan dan perilaku. Jakarta: Arcan
Hurlock,E.B. 1976. Personality development.New York: McGraw-Hill
Rini, F.J. 2001. Penyiksaan dan pengabaian terhadap anak. Jakarta: Team e psikologi (online). http://www.e-psikologi.com/anak/abused. (29 Januari 2004)
KLIK DISINI UNTUK MEMBACA ARTIKEL TERKAIT.