Pada pembahasan sebelumnya telah dijelaskan bahwa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa dimana pada fase ini remaja mengalami perkembangan fisik, psikologis, sosial, psikoseksual dan perkembangan emosi yang kesemuanya akan berpengaruh terhadap perilaku remaja. Perkembangan yang terjadi baik pada remaja laki-laki maupun remaja
perempuan membuat mereka merasa canggung dan bingung terhadap apa yang dialaminya dan jika hal ini tidak mendapat dukungan dari lingkungan sosial maka mereka akan cenderung mencari kompensasi dari tekanan-tekanan tersebut kearah perilaku yang destruktif atau delinkuen. Paul W. Tappan menegaskan kenakalan anak dapat dilakukan baik oleh anak laki-laki maupun oleh anak perempuan sekalipun dalam prakteknya jumlah anak laki-laki yang berperilaku delinkuen lebih banyak dari perempuan (Atmasasmita, 1985).
Menurut hasil penelitian yang ada intensitas kenakalan remaja laki-laki dan remaja perempuan tidak begitu berbeda bahkan pada bentuk perilaku tertentu remaja perempuan diketahui lebih unggul, perbedaan perilaku kenakalan antara remaja laki-laki dan remaja perempuan hanyalah teletak pada bentuk-bentuk kenakalannya saja. Paul W Tappan mengemukanan bahwa perbuatan melarikan diri dari rumah, mencuri, sikap membandel, melanggar lalu lintas dijalan, bergelandangan, dan penggelapan lebih banyak dilakukan oleh anak laki-laki. Sedangkan perbuatan-perbuatan seperti: pelanggaran terhadap ketertiban umum, pelanggaran kesusilaaan mislanya: melakukan persetubuhan diluar perkawinan sebagai akibat pergaulan bebas banyak dilakukan oleh anak perempuan (Atmasasmita, 1985).
Dari penjelasan Paul W. Tappan diatas telah cukup jelas bahwa perbedaan kenakalan antara remaja laki-laki dan perempuan hanya terletak pada bentuknya saja. Pada kasus perilaku seksual diluar nikah menurut penelitian Darling, Kallon & Van Duesen (1984) jumlah kasus perilaku seks diluar nikah antara remaja putra dengan dengan remaja putri pada tahun 1970 sampai dengan 1980-an adalah seimbang bahkan dalam hal berkencan menurut Duck (1975) remaja perempuan memiliki keinginan yang lebih kuat untuk penjajakan keintiman dan kepribadian dalam berkencan dari pada remaja laki-laki (Santrock, 1995).
Hurlock dalam bukunya Psikologi Perkembangan juga menjelaskan bahwa sepanjang masa remaja anak perempuan lebih menyukai pesta dari pada anak laki-laki, remaja perempuan bersama teman-teman sejenis jarang minum-minuman keras dibandingkan dengan remaja laki-laki, dan remaja laki-laki lebih sering pergi dari rumah dibanding remaja perempuan (Dalam Santrock, 1995).
DAFTAR PUSTAKA
Romli Atmasasmita, Problem-problem Kenakalan Anak atau Remaja, (Bandung:Armiko, 1985).
John W. Santrock, Perkembangan Masa Hidup jilid 2. Terjemahan oleh Juda Damanika & Ach. Chusairi, (Jakarta:Erlangga, 1995).