Goleman (1995) mendefiniskan kecerdasan emosi adalah kecakapan emosional yang meliputi: a) kemampuan untuk mengendalikan diri sendiri dan memiliki daya tahan ketika menghadapi rintangan, b). mampu mengendalikan impuls dan tidak cepat merasa puas, c). mampu mengatur suasana hati dan mampu mengelolah kecemasan agar tidak menggangu kemampuan berfikir, d). mampu berempati serta berharap (Setiadi, 2001).
Menurut Robert K. Cooper kecerdasan emosi adalah kemampuan merasakan, memahami, dam secara efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi, koneksi, informasi dan pengaruh yang manusiawi (Ginanjar, 2001). Sedang Napoleon Hills menamakan EQ sebagai kekuatan berfikir alam bawah sadar yang berfungsi sebagai tali kendali atau pendorong (Ginanjar, 2001).
Dari beberapa definisi diatas dapat ditarik kesimpulan, kecerdasan emosi merupakan kemampuan seseorang untuk mengenali emosi diri sendiri dan mewujudkannya dalam perilaku yang konstruktif serta kemampuan untuk menjalin hubungan baik dengan orang lain. Berbeda dengan pandangan masyarakat tentang emosi yang lebih mengarah pada emosionalitas sebaliknya pengertian emosi dalam lingkup kecerdasan emosi lebih mengarah pada kemampuan yang bersifat positif.
Aspek-Aspek Kecerdasan Emosi
Menurut Reuven Bar-On (1996) kecerdasan emosi dibagi menjadi empat bagian (Dalam Setiadi, 2001):
Intrapersonal
Kesadaran diri emosional (emotional self-awareness): kemampuan untuk mengenali perasaan diri. Memperjuangkan hak dan dengan terbuka mengekspresikan pikiran, keyakinan dan persaan dengan cara yang tidak destruktif.
Self- regard: Kemampuan untuk menghargai dan menerima diri sendiri yang pada dasarnya baik.
Aktualisasi diri: Kemampuan untuk menyadari kemampuan potensial yang dimiliki dengan cara melibatkan diri agar dapat menjalani hidup yang berarti, penuh dan kaya.
Kemandirian: kemampuan untuk mengarahkan dan mengendalikan diri dalam berfikir dan bertindak, serta bebas dari ketergantungan emosional.
Interpersonal:
Empati: Kemampuan untuk menyadari, memahami, dan menghargai perasaan orang lain.
Hubungan interpersonal: Kemampuan untuk membangun dan membina hubungan yang sama-sama memuaskan yang tampak dari keintiman serta pemberian dan penerimaan afeksi.
Tanggung jawab sosial: Kemampuan untuk menampilkan diri sebagai anggota kelompok sosial yang kooperatif, kontributif dan konstruktif.
Orientasi kognitif
Kemampuan memecahkan masalah (problem solving): kemampuan untuk mengidentifikasi dan mendefinisikan masalah serta dapat memunculkan dan menerapkan solusi yang efektif.
Menguji kenyataan (reality testing): kemampuan untuk melihat hubungan antara apa yang dialami dengan apa yang ada secara objektif.
Fleksibilitas: kemampuan untuk mengatur pikiran, emosi dan perilaku sesuai dengan situasi dan kondisi yang berubah-ubah.
Mengatasi stres: kemampuan untuk bertahan ketika menghadapi peristiwa yang sulit dan situasi yang menekan tanpa menjadi rapuh dengan menghadapi stres tersebut dengan aktif dan positif.
Mengendalikan impuls: kemampuan untuk menahan atau menghambat impuls, dorongan atau godaan untuk melakukan tindakan.
Afeksi:
Kebahagiaan: kemampuan untuk merasa puas dengan kehidupan yang dialami, menyenangi diri sendiri dan orang lain serta bisa bersenang senang.
Optimisme: kemampuan untuk melihat sisi positif dari kehidupan dan bisa menjaga sifat yang positif walau menghadapi situasi yang buruk.
DAFTAR PUSTAKA
A.V. Aryaguna Setiadi, "Hubungan Antara Kecerdasan Emosi dengan Keberhasilan Bermain Game":, Jurnal Anima, (Vol. 17, 2001).
Ary Ginanjar Agustin, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi, (Jakarta:Arga, 2001).