Rabu, 10 Desember 2008

JENIS PERILAKU DELINKUEN

Berdasar pada beberapa pandangan teori mengenahi perilaku delinkuen diatas, maka delinkuensi remaja dapat dibagi dalam empat kelompok, yaitu (Kartono, 1998):

Delinkuensi individual, yaitu perilaku delinkuen anak merupakan gejalah personal atau individual dengan ciri-ciri khas jahat, disebabkan oleh predisposisi dan kecenderungan penyimpangan tingkah laku (psikopat, psokotis, neurotis, a-sosial) yang diperhebat oleh stimuli sosial dan kondisi kultural.

Delinkuensi situasional, yaitu delinkuensi yang dilakukan oleh anak yang normal; namun mereka banyak dipengaruhi oleh berbagai kekuatan situasional, stimuli sosial, dan tekanan lingkungan, yang semuanya memberikan pengaruh "menekan-memaksa" pada pembentukan perilaku buruk.

Delinkuensi sistematik, yaitu delinkuensi yang telah disistematisir dalam suatu organisasi (gang). Semua kejahatn dirasionalisir dan dibenarkan sendiri oleh anggota gang, sehingga kejahatannya menjadi terorganisir atau menjadi sistematis sifatnya.
Delinkuensi kumulatif, yaitu delinkuensi yang sudah teresebar dihampir semua ibukota, kota-kota, bahkan sampai dipinggiran desa. Pada hakekatnya delinkuensi inimerupakan produk dari konflik budaya.

Hampir sama dengan pembagian jenis perilaku delinkuen diatas, Dadang Hawari & Marianti Soewandi dalam bukunya Remaja dan Permasalahannya membagi remaja yang melakukan perilaku delinkuen dalam tiga kategori, yaitu (Hawari, Tanpa Tahun):
Mereka yang berbuat nakal, disebabkan oleh karena memang kepribadiannya sudah "cacad" (psychopatic personality), sebagai akibat "deprivasi emosional" semasa kecilnya.
Mereka yang hanya ikut-ikutan, karena kebetulan sedang menginjak masa remaja. Sedangkan pada dasarnya anak itu sendiri baik (pengaruh lingkungan yang kurang baik).
Mereka yang nakal sebagai akibat suatu penyakit syaraf yang dideritanya, misalnya penyakit "ayan" atau "epilepsi".

Ernest R. Hilgard dalam bukunya "Introduction to Psychologi" mengelompokkan delinkuensi remaja dilihat dari pelaku perilaku tersebut kedalam dua golongan, yaitu (Andreyana, 1991):
Social delinquency, yaitu delinkuen yang dilakukan oleh sekelompok remaja, misalnya "gang".
Individual delinquency, yaitu delikuensi yang dilakukan oleh seorang remaja sendiri tanpa teman.

Wright membagi jenis kenakalan remaja dalam beberapa keadaan (Bisri, 1995):
Neurotic delinquency, remaja bersifat pemalu, terlalu perasa, suka menyendiri, gelisa dan mempunyai perasaan rendah diri. Mereka mempunyai dorongan yang kuat untuk berbuat suatu kenakalan seperti: mencuri sendirian, melakukan tindakan agresif secara tiba tanpa alasan karena dikuasai oleh fantasinya sendiri.
Unsocialized delinquency, suatu sikap yang suka melawan kekuasaan seseorang, rasa bermusuhan dan pendendam.
Pseudo social delinquency, remaja atau pemuda yang mempunyai loyalitas tinggi terhadap kelompok atau gang sehingga sikapnya tampak patuh, setia dan kesetiakawanan yang baik. Jika melakukan perilaku kenakalan bukan atas kesadaran diri sendiri yang baik tetapi karena didasari anggapan bahwa ia harus melaksanakan sesuatu kewajiban kelompok yang digariskan.

Jensen (1985) yang melihat perilaku delinkuen dari sigi bentuk dan dampak kenakalan, menggolongkan perilaku delinkuen dalam empat jenis, yaitu (Kartono, 1998):
Kenakalan yang menimbulkan korban fisik pada orang lain: perkelahian, perkosaan, perampokan, pembunuhan, dan lain-lain.
Kenakalan yang menimbulkan korban materi: perusakan, pencurian, pencopetan, pemerasan, dan lain-lain.
Kenakalan sosial yang tidak menimbulkan korban difihak orang lain: pelacuran, penyalah gunaan obat, hubungan seks pra-nikah.
Kenakalan yang melawan status, misalnya mengingkari status anak sebagai pelajar dengan cara membolos, mengingkari status orang tua dengan cara minggat dari rumah atau membantah perintah mereka dan sebagainya.

DAFTAR PUSTAKA

Kartini Kartono, Patologi Sosial 2, (Jakarta:Radja Grafindo Persada, 1998).

H. Dadang Hawari & CM. Marianti Soewandi, Remaja dan permasalahannya, (Surabaya:Badan Pelaksana Penanggulangan Narkotika dan Kenakalan Anak-Anak Remaja Jawa Timur, tanpa tahun).

Raema Andreyana, "Maslah-Masalah Delinkuensi Remaja" dalam Kartini Kartono, Bimbingan Bagi anak dan Remaja Yang Bermasalah, (Jakarta:Rajawali Pers, 1991).

Hasan Bisri, Remaja Berkualitas, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 1995).

Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Remaja,(Jakarta:Radja Grafindo Persada, 2001).

 

Daftar Blog

Daftar Blog

  • PROGRAM BANGKIT - Telah di buka Program Bangkit dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) yang merupakan program pembinaan talenta digital untuk mahasiswa ...
    2 tahun yang lalu

Daftar Blog

suhadianto.blogspot.com Copyright © 2009 WoodMag is Designed by Ipietoon for Free Blogger Template