RASIONAL
Benar kata para guru saya, sewaktu saya masih duduk dibangku Sekolah Menengah Pertama (SMP) pada kisaran tahun 1996 yang lalu, guru saya selalu berpesan agar para murid tidak terpengaruh dengan perkembangan teknologi, dan guru saya juga selalu memberikan gambaran kepada para murid kalau supuluh tahun kedepan (era ini) menjadi guru itu sangat sulit. Waktu itu saya belum begitu dapat memahami apa yang dimaksudkan oleh guru saya. Belakangan, setelah lulus dari program studi psikologi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Surabaya dan menekuni bidang pendidikan, saya baru mengerti maksud dari “wejangan” guru saya beberapa tahun yang lalu. Benar kata guru saya, menjadi pendidik di era globalisasi lengkap dengan kemajuan dibidang teknologinya memang begitu sulit, karena pada era ini siswa lebih tertarik dengan tayangan televisi daripada harus membaca buku pelajaran yang membosankan, para siswa lebih suka menghabiskan waktu untuk chatting (mulai dari chatting menggunakan MIRC, Yahoo Messenger, G-Mail, Friendster, Facebook dan masih banyak lagi) dari pada terlibat dengan kegiatan-kegiatan sosial, para siswa lebih tertarik dengan nasehat para penyanyi melalui lirik lagu mereka (seperti "putus nyambung - putus nyambung") daripada harus mendengarkan nasehat para guru di sekolah.
Beberapa hari yang lalu saya meminta para siswa saya untuk menggunting bagian dari Koran atau majalah, kemudian menempelkannya pada selembar kertas dan menuliskan alasannya kenapa mereka memilih bagian tersebut. Ini saya lakukan dengan tujuan untuk mengetahui minat baca para siswa saya. Hasilnya sungguh sangat mengagetkan, 80% dari mereka menggunting berita atau gambar para group musik yang saat ini lagi booming, mulai dari Afgan, ST 12, Hijau Daun, Alexa, Bungan Citra Lestari atau BCL, d’Masiv, Mulan Jameela, Maha Dewi, The Changcuters, dll. 10% dari mereka menggunting berita tentang sepak bola, dan 10% yang lain menggunting tulisan-tulisan yang sedikit berkaitan dengan pelajaran. Melihat hasil pekerjaan mereka, saya hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala dan berfikir apa yang menyebabkan 80% siswa saya memliki minat bacaan pada gosip dan hanya 10% dari mereka yang memiliki minat bacaan yang berkaitan dengan pelajaran di sekolah.
Tentu saja tidak adil jika hanya guru yang harus disalahkan dan harus bertanggung jawab terhadap kondisi para siswa sebagaimana telah saya gambarkan di atas, dan saya yakin apa yang saya alami juga terjadi di lingkungan para pembaca yang budiman. Beberapa penelitian yang ada menyebutkan bahwa keterlibatan orang tua adalah merupakan prioritas utama dalam meningkatkan pendidikan (Chira, 1993, dalam Santrock, 2007). Beberapa penelitian juga menyebutkan bahwa keterlibatan orang tua dalam pendidikan akan sangat berpengaruh terhadap perolehan prestasi murid di sekolah (Eccles & Harold, 1996). Jelasnya, keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak sejak dini sangatlah penting bagi perkembangan perilaku anak di sekolah. Baik dan tidaknya perilaku anak di sekolah tidak hanya bergantung pada kelengkapan fasilitas yang disediakan sekolah (sebagaimana pandangan aliran humanistik) tetapi juga bergantung terhadap kualitas keterlibatan orang tua sejak dini dalam memberikan pendidikan dan pengawasan pada anak.
Salah satu bentuk keterlibatan orang tua yang begitu penting, adalah memberi pengawasan terhadap kebiasaan menonton televis pada anak, karena seperti yang telah saya jelaskan di atas, televisi telah mampu mengalihkan minat baca para siswa (80%) dari pelajaran beralih ke gosip. Pada 1990-an, anak-anak rata-rata menghabiskan 26 jam seminggu untuk menonton televisi. Terlalu lama menonton televisi dapat mengurangi kebugaran anak. Menonton terlau lama juga mengurangi waktu yang digunakan untuk mengerjakan PR dan belajar. Yang mengejutkan , menjelang anak masuk SMA, mereka telah menghabiskan waktu sebanyak 20.000 jam untuk menonton televsisi (Santrock, 2007). Untuk itu perlu dilakukan modifikasi perilaku sejak dini, jika para orang tua tidak menginginkan anak-anaknya diperbudak oleh dorongan pemuasan libido para psikoanalis menyebutnya sebagai manusia yang semua perilakunya didorong oleh libido sexual atau pemenuhan kesenangan sesaat dan mengabaikan kewajiban.
Beberapa hari yang lalu saya meminta para siswa saya untuk menggunting bagian dari Koran atau majalah, kemudian menempelkannya pada selembar kertas dan menuliskan alasannya kenapa mereka memilih bagian tersebut. Ini saya lakukan dengan tujuan untuk mengetahui minat baca para siswa saya. Hasilnya sungguh sangat mengagetkan, 80% dari mereka menggunting berita atau gambar para group musik yang saat ini lagi booming, mulai dari Afgan, ST 12, Hijau Daun, Alexa, Bungan Citra Lestari atau BCL, d’Masiv, Mulan Jameela, Maha Dewi, The Changcuters, dll. 10% dari mereka menggunting berita tentang sepak bola, dan 10% yang lain menggunting tulisan-tulisan yang sedikit berkaitan dengan pelajaran. Melihat hasil pekerjaan mereka, saya hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala dan berfikir apa yang menyebabkan 80% siswa saya memliki minat bacaan pada gosip dan hanya 10% dari mereka yang memiliki minat bacaan yang berkaitan dengan pelajaran di sekolah.
Tentu saja tidak adil jika hanya guru yang harus disalahkan dan harus bertanggung jawab terhadap kondisi para siswa sebagaimana telah saya gambarkan di atas, dan saya yakin apa yang saya alami juga terjadi di lingkungan para pembaca yang budiman. Beberapa penelitian yang ada menyebutkan bahwa keterlibatan orang tua adalah merupakan prioritas utama dalam meningkatkan pendidikan (Chira, 1993, dalam Santrock, 2007). Beberapa penelitian juga menyebutkan bahwa keterlibatan orang tua dalam pendidikan akan sangat berpengaruh terhadap perolehan prestasi murid di sekolah (Eccles & Harold, 1996). Jelasnya, keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak sejak dini sangatlah penting bagi perkembangan perilaku anak di sekolah. Baik dan tidaknya perilaku anak di sekolah tidak hanya bergantung pada kelengkapan fasilitas yang disediakan sekolah (sebagaimana pandangan aliran humanistik) tetapi juga bergantung terhadap kualitas keterlibatan orang tua sejak dini dalam memberikan pendidikan dan pengawasan pada anak.
Salah satu bentuk keterlibatan orang tua yang begitu penting, adalah memberi pengawasan terhadap kebiasaan menonton televis pada anak, karena seperti yang telah saya jelaskan di atas, televisi telah mampu mengalihkan minat baca para siswa (80%) dari pelajaran beralih ke gosip. Pada 1990-an, anak-anak rata-rata menghabiskan 26 jam seminggu untuk menonton televisi. Terlalu lama menonton televisi dapat mengurangi kebugaran anak. Menonton terlau lama juga mengurangi waktu yang digunakan untuk mengerjakan PR dan belajar. Yang mengejutkan , menjelang anak masuk SMA, mereka telah menghabiskan waktu sebanyak 20.000 jam untuk menonton televsisi (Santrock, 2007). Untuk itu perlu dilakukan modifikasi perilaku sejak dini, jika para orang tua tidak menginginkan anak-anaknya diperbudak oleh dorongan pemuasan libido para psikoanalis menyebutnya sebagai manusia yang semua perilakunya didorong oleh libido sexual atau pemenuhan kesenangan sesaat dan mengabaikan kewajiban.
TIPS MENGHINDARKAN ANAK DARI PENGARUH TONTONAN TELEVISI
Berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh para orang tua untuk mengurangi dampak negatif televisi dan meningkatkan dampak positifnya terhadap perkembangan anak (Singer & Singer, 1987):
Bantu anak mengembangkan kebiasaan menonton sejak dini (banyak orang tua yang menonton televisi saat anak sedang belajar....jangan dibiasakan).
Pantau kebiasaan menonton anak, dan atur apa yang harus mereka lihat, jangan biarkan anak menonton secara acak. Bicaralah dengan anak secara aktif (jangan rebutan acara televisi dengan anak, banyak orang tua yang justru berebut menonton sinetron dengan anak, padahal mereka tahu tayangan tersebut tidak baik untuk anak).
Cari acara anak yang menampilkan anak-anak seusia anak anda.
Jangan sampai televisi menjadi ganti aktivitas lainnya.
Lakukan diskusi dengan anak tentang tema-tema televisi yang sensitif. Beri kesempatan mereka untuk mengajukan pertanyaan tentang acara televsisi.
Seimbangkan kegiatan membaca dan menonton. Anak dapat “menindak lanjuti” acara televisi yang menarik dengan mengeceknya melalui buku yang menjadi sumber dari acara televisi itu. Anak bisa mencari cerita lain yang ditulis oleh penulis buku tersebut.
Bantu anak-anak menyusun jadwal yang seimbang, yakni acara pendidikan, aksi, komedi, seni, fantasi, olah raga dan sebagainya. Pastikan anak-anak tidak mengutamakan tontonan kekerasan dan seks.
Tunjukkan contoh positif yang memperlihatkan bagaimana beragam kelompok etnis dan kultural bisa member sumbangan untuk membuat masyarakat menjadi lebih baik.
Tunjukkan contoh wanita yang melakukan kegiatan yang kompeten baik dalam profesi maupun rumah.
Bantu anak mengembangkan kebiasaan menonton sejak dini (banyak orang tua yang menonton televisi saat anak sedang belajar....jangan dibiasakan).
Pantau kebiasaan menonton anak, dan atur apa yang harus mereka lihat, jangan biarkan anak menonton secara acak. Bicaralah dengan anak secara aktif (jangan rebutan acara televisi dengan anak, banyak orang tua yang justru berebut menonton sinetron dengan anak, padahal mereka tahu tayangan tersebut tidak baik untuk anak).
Cari acara anak yang menampilkan anak-anak seusia anak anda.
Jangan sampai televisi menjadi ganti aktivitas lainnya.
Lakukan diskusi dengan anak tentang tema-tema televisi yang sensitif. Beri kesempatan mereka untuk mengajukan pertanyaan tentang acara televsisi.
Seimbangkan kegiatan membaca dan menonton. Anak dapat “menindak lanjuti” acara televisi yang menarik dengan mengeceknya melalui buku yang menjadi sumber dari acara televisi itu. Anak bisa mencari cerita lain yang ditulis oleh penulis buku tersebut.
Bantu anak-anak menyusun jadwal yang seimbang, yakni acara pendidikan, aksi, komedi, seni, fantasi, olah raga dan sebagainya. Pastikan anak-anak tidak mengutamakan tontonan kekerasan dan seks.
Tunjukkan contoh positif yang memperlihatkan bagaimana beragam kelompok etnis dan kultural bisa member sumbangan untuk membuat masyarakat menjadi lebih baik.
Tunjukkan contoh wanita yang melakukan kegiatan yang kompeten baik dalam profesi maupun rumah.
KLIK DISINI UNTUK MEMBACA ARTIKEL TERKAIT.
KLIK DISINI UNTUK MEMBACA TULISAN-TULISAN SAYA DALAM BENTUK MS WORD, MS EXCEL, MS POWER POIN, PDF.